Minggu, 11 April 2010

Kekutan Cinta


Kekuatan Cinta

Kekuatan cinta adalah kekuatan kemurnian. Kata cinta dipergunakan dengan berbagai cara; namun bagi Sang Empu itu merupakan kata-kata suci , karena pengertian tentang cinta adalah “ yang meluluhkan segala ketidakmurnian, sehingga yang masih ada hanya sejati dan yang real.”
“Selama kau masih punya rasa takut, kau tidak akan bisa benar-benar mencintai,’ kata Abah mewanti-wanti. “Selama kau punya kemarahan, kau takkan bisa benar-benar mencintai. Selama kau punya Ego yang mementingkan diri sendiri, kau tidak bisa benar-benar mencintai.”
Kalau begitu bagaimana aku akan pernah bisa mencintai?” tanya Abi, karena tahu bahwa ketakutan, kemarahan dan sikap mementingkan diri sendiri merupakan hal-hal yang sering dialaminya.
“Nah itu misterinya,” jawab Abah. “Betapa tidak murninya dirimu, kau tetap akan dicari-cari cinta sampai ketemu, lalu kau akan dikenai pengaruhnya sampai kau bisa mencintai.”
Cinta mencari ketidakmurnian sampai ketemu dengan tujuan membakarnya sampai habis. Tidak ada orang yang tanpa cinta; yang ada hanya orang-orang yang tidak bisa merasakan kekuatan cinta.
Cinta , yang tidak nampak dan senantiasa ada, lebih daripada suatu emosi atau suatu perasaan. Cinta adalah lebih daripada kesenangan, atau bahkan kegairahan . Cinta adalah udara yang kita hirup sebagai nafas….. adalah peredaran di dalam setiap sel. Dari sumberrnya yang semesta, cinta meresap kemana-mana .
Cinta adalah kekuatan tertinggi, karena tanpa menggunakan paksaan, cinta membawa segala sesuatu kepadanya. Bahkan dalam penderitaan, kekuatan cinta terus berlanjut, jauh di luar jangkauan Ego dan akal pikiran. Dibandingkan dengan cinta, segala bentuk kekuatan lainnya sangat lemah.
“Apakah Abah memiliki kekuatan sebesar seorang Panglima Perang?” tanya Abi kepada Abah. “Sama besarkah kekuasaan Abah dengan seorang Presiden?”
“ Apa sebabnya Abi menyangka seorang Presiden memiliki kekuatan dalam wujud kekuasaan?” kata Abah balik bertanya. “Kekuatan seorang Presiden – dalam wujud kekuasaan- diberikan kepadanya oleh rakyatnya, yang setiap waktu bisa saja memberontak dan merenggut kendali. Itu sebabnya semua presiden hidup penuh ketakutan- karena mereka tahu segala sesuatu yang mereka miliki sebenarnya dipinjamkan belaka. Rakyat yang termiskin, lebih kaya daripada seorang presiden – artinya sampai ia menyerahkan kekuatannya kepada presiden dan kemudian tunduk terhadap kekuatan itu.
Belum lagi kekuatan doanya yang mampu mengoyahkan Arsy, presiden mana yang mampu bertahan manakala doa itu tertuju ke langit dan mengetarkan Arsy, untuk menjatuhkan seorang presiden yang membuat sengsara rakyatnya.
Cukup kaum duafa mengangkat tangan, sendiri maupun bersama-sama dalam heningnya malam disertai air mata yang mengalir, goyahkanlah Arsy, dan runtuhlah Presiden yang lalim”
Kekuatan sejati dalam kehidupan bersifat internal, ada di dalam. Dalam dunia dengan cahaya cinta kasih, yang bisa datang dari dalam, berarti hidup tanpa takut, dan kedamaian yang tak tergoyahkan.
Banyak rahasia tentang cinta yang luput dari pengamatan orang. Untuk memperoleh cinta, Terlebih dahulu Abi harus memberikannya. Agar pasti bahwa seseorang mencintai Abi tanpa syarat, Abi harus tidak menetapkan persyaratan terhadap orang itu.
Untuk bisa mencintai orang lain, terlebih dahulu Abi harus mencintai diri Abi sendiri. Sejauh ini semuanya terasa memang sudah semestinya begitu. Kalau begitu, kenapa tidak bersikap demikian?
Jawabannya mengenai hal ini adalah bahwa cinta perlu disingkap, dibebaskan dari lapis-lapis kemarahan, ketakutan, dan egoisme yang menyelubungi bagaikan lapisan-lapisan lak yang sudah usang. Agar tercapai kehidupan penuh cinta kasih, murnikanlah kehidupan Abi. Dalam pendekatan terhadap cinta, tidak ada cara yang benar atau salah. “Seseorang yang berupaya keras mencari cinta,” kata Abah, “mengingatkan Abah kepada seekor ikan di dalam kolam yang berusaha keras mencari air.” Hidup seakan-akan tanpa cinta kasih, Tetapi pada hakekatnya mata pengamatlah dan bukan dunia “diluar sana”, yang meniadakan cinta dari seseorang.
Langkah pertama untuk memperoleh cinta sebagai suatu aspek yang sempurna dan tak tergoyahkan dari kehidupan Abi adalah mendefinisikan kembali apa yang Abi sebut sebagai cinta pada saat ini. Kebanyakan dari kita membayangkan cinta sebagai satu ketertarikan kepada orang lain, sebagai suatu daya pemupuk yang membuat kita merasa dikasihi; sebagai kesenangan dan suka cita, atau sebagai suatu perasaan emosi yang kuat. Meski cinta merupakan suatu aspek dari segala definisi ini, namun menurut Abah semua itu paling-paling hanya bersifat penggalan belaka.
“Semua cinta seperti yang didefinisikan oleh Abi, selaku manusia fana, pasti akan memudar, lalu punah,” kata Abah. “Cinta itu berpindah-pindah, dari suatu hasrat ke obyek berikutnya. Cinta itu akan dengan cepat berubah menjadi benci apabila hasrat Abi tidak terlaksanakan. Cinta Sejati tidak akan berubah-ubah, tidak ada hubungannya dengan suatu obyek tertentu, dan takkan bisa terjelma menjadi emosi lain karena memang bukan emosi.”
Singkirkan segala jenis cinta yang palsu dan dangkal – lalu apakah yang masih ada? Jawabannya mulai muncul bersamaan dengan penerimaan terhadap diri sendiri. Cinta sebagai suatu daya yang internal, pertama-tama terlihat di dalam diri Abi sendiri dan terarah pada diri Abi sendiri.
“Manusia fana seakan-akan dihinggapi demam, gelisah dan cemas karena cinta,” kata Abah “jika mereka mengira bahwa mereka akan mati apabila tidak bisa memperoleh yang mereka kasihi. Tetapi cinta sejati tidak akan membuat Abi jadi gelisah, Karena cinta sejati itu tidak pernah berupaya hendak keluar. Orang yang tercinta pada hakekatnya adalah perpanjangan Abi sendiri. Cinta yang menurut angapan Abi akan diperoleh dari orang lain menyibakkan suatu pembatasan dalam kesadaran Abi sendiri. Bagi Abah, segala bentuk cinta datang dari diri sendiri.
“Kedengaraannya sangat mementingkan diri sendiri,’ kata Abi membantah.
“Abi mengacaukan diri dengan Ego, sementara dalam kenyataannya diri adalah semangat,” kata Abah. Mementingkan diri sendiri datang dari Ego yang senatiasa ingin memiliki, mengendalikan dan menguasai. Apabila Ego mengatakan , “ Aku cinta padamu karena kau milikku,” Ego itu membuat pernyataan tentang penguasaan atau pemilikan, bukan tentang cinta. Mereka yang telah berhasil untuk benar-benar mencintai, pertama-tama telah menyingkirkan sikapp mementingkan keakuan. Setelah itu dimulailah suatu pengalaman yang sama sekali berbeda.”
“Dan bagaimanakan itu?” tanya Abi. “Akan pernahkan Abi mengenalnya?”
“Pada suatu hari kelak, setelah Abi tidak lagi dihinggapi demam ini, Abi akan melihat suatu noktah cahaya di dalam hati Abi. Mula-mula ukurannya sebesar percikan api, kemudian sebesar nyala lilin, dan akhirnya akan berkobar-kobar. Lalu Abi akan terbangun, dan nyala itu akan menelan matahari, bulan dan bintang. Saat itu hanya cinta yang akan ada di alam semesta. Namun segalanya itu akan tetap berada di dalam sanubari Abi sendiri.”
“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat , yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya , Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(An Nur – 35)

Tidak ada komentar:



Pilih Bahasa

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Pasang widget ini

Negara Pengunjung

free counters

Ruang Komunikasi

Jam

Yasir Santiago Blog. Diberdayakan oleh Blogger.

Lokasi Pengunjung

Followers

Tentang Saya

Foto saya
Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia
Berawal dari banyaknya teman yang memakai blog sebagai media bertukar informasi dengan berbagai orang, Saya ikut tertarik untuk membuatnya, ALHASIL jadilah blog ini. hhhehehe. Bagi semua pembaca mohon dimaafkan dan dimaklumi jika blog ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, mengingat blog ini masih tergolong sangat baru, hehhe. Salam sukses !!!!

Pengunjung

Minggu, 11 April 2010

Kekutan Cinta


Kekuatan Cinta

Kekuatan cinta adalah kekuatan kemurnian. Kata cinta dipergunakan dengan berbagai cara; namun bagi Sang Empu itu merupakan kata-kata suci , karena pengertian tentang cinta adalah “ yang meluluhkan segala ketidakmurnian, sehingga yang masih ada hanya sejati dan yang real.”
“Selama kau masih punya rasa takut, kau tidak akan bisa benar-benar mencintai,’ kata Abah mewanti-wanti. “Selama kau punya kemarahan, kau takkan bisa benar-benar mencintai. Selama kau punya Ego yang mementingkan diri sendiri, kau tidak bisa benar-benar mencintai.”
Kalau begitu bagaimana aku akan pernah bisa mencintai?” tanya Abi, karena tahu bahwa ketakutan, kemarahan dan sikap mementingkan diri sendiri merupakan hal-hal yang sering dialaminya.
“Nah itu misterinya,” jawab Abah. “Betapa tidak murninya dirimu, kau tetap akan dicari-cari cinta sampai ketemu, lalu kau akan dikenai pengaruhnya sampai kau bisa mencintai.”
Cinta mencari ketidakmurnian sampai ketemu dengan tujuan membakarnya sampai habis. Tidak ada orang yang tanpa cinta; yang ada hanya orang-orang yang tidak bisa merasakan kekuatan cinta.
Cinta , yang tidak nampak dan senantiasa ada, lebih daripada suatu emosi atau suatu perasaan. Cinta adalah lebih daripada kesenangan, atau bahkan kegairahan . Cinta adalah udara yang kita hirup sebagai nafas….. adalah peredaran di dalam setiap sel. Dari sumberrnya yang semesta, cinta meresap kemana-mana .
Cinta adalah kekuatan tertinggi, karena tanpa menggunakan paksaan, cinta membawa segala sesuatu kepadanya. Bahkan dalam penderitaan, kekuatan cinta terus berlanjut, jauh di luar jangkauan Ego dan akal pikiran. Dibandingkan dengan cinta, segala bentuk kekuatan lainnya sangat lemah.
“Apakah Abah memiliki kekuatan sebesar seorang Panglima Perang?” tanya Abi kepada Abah. “Sama besarkah kekuasaan Abah dengan seorang Presiden?”
“ Apa sebabnya Abi menyangka seorang Presiden memiliki kekuatan dalam wujud kekuasaan?” kata Abah balik bertanya. “Kekuatan seorang Presiden – dalam wujud kekuasaan- diberikan kepadanya oleh rakyatnya, yang setiap waktu bisa saja memberontak dan merenggut kendali. Itu sebabnya semua presiden hidup penuh ketakutan- karena mereka tahu segala sesuatu yang mereka miliki sebenarnya dipinjamkan belaka. Rakyat yang termiskin, lebih kaya daripada seorang presiden – artinya sampai ia menyerahkan kekuatannya kepada presiden dan kemudian tunduk terhadap kekuatan itu.
Belum lagi kekuatan doanya yang mampu mengoyahkan Arsy, presiden mana yang mampu bertahan manakala doa itu tertuju ke langit dan mengetarkan Arsy, untuk menjatuhkan seorang presiden yang membuat sengsara rakyatnya.
Cukup kaum duafa mengangkat tangan, sendiri maupun bersama-sama dalam heningnya malam disertai air mata yang mengalir, goyahkanlah Arsy, dan runtuhlah Presiden yang lalim”
Kekuatan sejati dalam kehidupan bersifat internal, ada di dalam. Dalam dunia dengan cahaya cinta kasih, yang bisa datang dari dalam, berarti hidup tanpa takut, dan kedamaian yang tak tergoyahkan.
Banyak rahasia tentang cinta yang luput dari pengamatan orang. Untuk memperoleh cinta, Terlebih dahulu Abi harus memberikannya. Agar pasti bahwa seseorang mencintai Abi tanpa syarat, Abi harus tidak menetapkan persyaratan terhadap orang itu.
Untuk bisa mencintai orang lain, terlebih dahulu Abi harus mencintai diri Abi sendiri. Sejauh ini semuanya terasa memang sudah semestinya begitu. Kalau begitu, kenapa tidak bersikap demikian?
Jawabannya mengenai hal ini adalah bahwa cinta perlu disingkap, dibebaskan dari lapis-lapis kemarahan, ketakutan, dan egoisme yang menyelubungi bagaikan lapisan-lapisan lak yang sudah usang. Agar tercapai kehidupan penuh cinta kasih, murnikanlah kehidupan Abi. Dalam pendekatan terhadap cinta, tidak ada cara yang benar atau salah. “Seseorang yang berupaya keras mencari cinta,” kata Abah, “mengingatkan Abah kepada seekor ikan di dalam kolam yang berusaha keras mencari air.” Hidup seakan-akan tanpa cinta kasih, Tetapi pada hakekatnya mata pengamatlah dan bukan dunia “diluar sana”, yang meniadakan cinta dari seseorang.
Langkah pertama untuk memperoleh cinta sebagai suatu aspek yang sempurna dan tak tergoyahkan dari kehidupan Abi adalah mendefinisikan kembali apa yang Abi sebut sebagai cinta pada saat ini. Kebanyakan dari kita membayangkan cinta sebagai satu ketertarikan kepada orang lain, sebagai suatu daya pemupuk yang membuat kita merasa dikasihi; sebagai kesenangan dan suka cita, atau sebagai suatu perasaan emosi yang kuat. Meski cinta merupakan suatu aspek dari segala definisi ini, namun menurut Abah semua itu paling-paling hanya bersifat penggalan belaka.
“Semua cinta seperti yang didefinisikan oleh Abi, selaku manusia fana, pasti akan memudar, lalu punah,” kata Abah. “Cinta itu berpindah-pindah, dari suatu hasrat ke obyek berikutnya. Cinta itu akan dengan cepat berubah menjadi benci apabila hasrat Abi tidak terlaksanakan. Cinta Sejati tidak akan berubah-ubah, tidak ada hubungannya dengan suatu obyek tertentu, dan takkan bisa terjelma menjadi emosi lain karena memang bukan emosi.”
Singkirkan segala jenis cinta yang palsu dan dangkal – lalu apakah yang masih ada? Jawabannya mulai muncul bersamaan dengan penerimaan terhadap diri sendiri. Cinta sebagai suatu daya yang internal, pertama-tama terlihat di dalam diri Abi sendiri dan terarah pada diri Abi sendiri.
“Manusia fana seakan-akan dihinggapi demam, gelisah dan cemas karena cinta,” kata Abah “jika mereka mengira bahwa mereka akan mati apabila tidak bisa memperoleh yang mereka kasihi. Tetapi cinta sejati tidak akan membuat Abi jadi gelisah, Karena cinta sejati itu tidak pernah berupaya hendak keluar. Orang yang tercinta pada hakekatnya adalah perpanjangan Abi sendiri. Cinta yang menurut angapan Abi akan diperoleh dari orang lain menyibakkan suatu pembatasan dalam kesadaran Abi sendiri. Bagi Abah, segala bentuk cinta datang dari diri sendiri.
“Kedengaraannya sangat mementingkan diri sendiri,’ kata Abi membantah.
“Abi mengacaukan diri dengan Ego, sementara dalam kenyataannya diri adalah semangat,” kata Abah. Mementingkan diri sendiri datang dari Ego yang senatiasa ingin memiliki, mengendalikan dan menguasai. Apabila Ego mengatakan , “ Aku cinta padamu karena kau milikku,” Ego itu membuat pernyataan tentang penguasaan atau pemilikan, bukan tentang cinta. Mereka yang telah berhasil untuk benar-benar mencintai, pertama-tama telah menyingkirkan sikapp mementingkan keakuan. Setelah itu dimulailah suatu pengalaman yang sama sekali berbeda.”
“Dan bagaimanakan itu?” tanya Abi. “Akan pernahkan Abi mengenalnya?”
“Pada suatu hari kelak, setelah Abi tidak lagi dihinggapi demam ini, Abi akan melihat suatu noktah cahaya di dalam hati Abi. Mula-mula ukurannya sebesar percikan api, kemudian sebesar nyala lilin, dan akhirnya akan berkobar-kobar. Lalu Abi akan terbangun, dan nyala itu akan menelan matahari, bulan dan bintang. Saat itu hanya cinta yang akan ada di alam semesta. Namun segalanya itu akan tetap berada di dalam sanubari Abi sendiri.”
“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat , yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya , Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(An Nur – 35)

 
Template Indonesia | Yasir Santiago Blog
Aku cinta Indonesia