Dimana letak surga itu, biar kugantikan tempatmu denganku
Adakah tanda surga itu, biar kutemukan untuk bersamamu
Surga ini dikaitkan dengan cinta. Apakah surga memang selalu berhubungan dengan cinta?. Lalu pakah memang ada Surga Cinta. Adanya di kehidupan ini atau sesudah kehidupan. Seperti apa rasanya. Seperti apa tanda-tanda surga cinta.
Apakah kehadiran surga cinta diiringi lantunan suara gending ladrang lokananta beraroma hembusan semilir angin sepoi menyentuh pori-pori kulit yang menggetarkan jiwa. Tergambar teduhnya langit dan sentuhan hanggat jemari mentari pagi dengan busana pelangi semburat jingga di ufuk fajar. Berguguran daun tanda takzim flora pada suasana alam akan kehadiran surga cinta.
Saya menghirup nafas untuk mencoba mencari kesegaran untuk melapangkan rongga dada yang terasa sesak. Tapi kelapangan hati itu tidak juga teraih. Kembali saya hirup udara, kembangkan dada. Dalam sekali. Kuhela pelan-pelan. Ingin aku menjalarkan rasa kelapangan itu hingga ke ujung rambut dan hulu jemari kaki. Tak lapang juga dada ini. Mobil Toyota Inova yang saya tumpangi pun terasa sempit. Jalan sepanjang jalan menuju
Langit pun tak bersahabat. Mendung gelap bergelayut menanti sapuan angin sore untuk meneteskan butiran basah air hujan membasuh luka bocah-bocah kecil pengamen di pinggir jalan. Tapi rasanya air hujan itu tak akan mampu membasahi hatiku. Saya justru ingin angin sore itu berhembus dalam hatiku. Menggandeng awan untuk menari hingga berpeluh mesra meneteskan cinta dan kasih sayang. Membahasi bumi di dasar lubuk hati yang paling dalam dengan kesabaran, pengertian dan pemahaman. Bahwa ada cinta di setiap tutur katanya.
Ah, cinta. Saya menghela nafas lagi. Kali ini agak hilang kelembutan hembusan nafasku. Saya kembali berusaha menata kembali huruf yang ada di pikiranku. Membariskan huruf vokal dan konsunan menjadi kata. Bukan sekedar kata, tapi kata yang punya makna. Kucoba merangkai kata itu menjadi kalimat tapi tak sampai paragraf. Saya hanya bisa menyusun kalimat pendek. Teramat pendek malah. Maafkan aku, sayang! Aku mencintaimu lebih dari yang engkau tahu !
Yah, hanya kalimat itu. Saya harus mencoba dan mencoba lagi untuk membariskan kata itu. Kata yang kucoba pahatkan mengiringi ucapan dan tindakan yang telah saya sampaikan dengan seindahkan kepadanya. Karena saya memimpikan keindahan itu. Cinta yang dipersembahkan kepada Cinta dengan keindahan untuk mendapatkan keindahan cinta. Dalam bahasa langit dikatakan sebagai surga cinta. Yah, surga cinta.
Saya mencoba meraihnya dengan daya cinta dan sayang. Malah saya mencoba membangun surga cinta yang kudambakan itu.
Berasaskan landasan cinta bertiang sayang dengan dinding pengertian dan beratapkan perhatian. Berlantai kesabaran, berpintu keterbukaan, berjendela kepercayaan dan berlubang angin kelembutan. Menerangi tiap ruang dengan lampu canda tawa beraroma warna pelangi. Mengitari pekarangan dengan kemesraan dan tumbuhan hias kemanjaan dengan pagar berlapis rasa saling membutuhkan. Saya mencoba merawatnya dan menjaganya dari panasnya mentari kecemburuan, dinginnya kebekuan egoisme dan buruknya cuaca kecurigaan.
Tapi rasanya itu belum cukup. Sepertinya saya harus terus menjaga surga cinta itu. Memperindahnya dan memperkokohnya.
Saya menarik nafas lagi. Mataku tertuju ke depan mobil yang terus berjalan menerobos lebatnya hujan yang tanpa sadar telah membanjiri jalan tol ke arah
Karena Wanita Ingin Dimengerti.
Karena wanita ingin dimengerti, lewat tutur lembut dan laku agung
Karena wanita ingin dimengerti, manjakan dia dengan kasih sayang
Ah, pria juga ingin dimengerti. Saya menarik nafas dengan lembut. Surga cinta dapat dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar