Rabu, 11 Januari 2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
( Oreochromis
niloticus )
1. SEJARAH SINGKAT
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi
air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih
kesamping dan warna putih kehitaman.
Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah
tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim
tropis dan subtropis. Sedangkan di
wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup
baik Ikan nila disukai oleh berbagai
bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging
ikan
kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke
Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar pada tahun 1969. Setelah
melalui masa penelitian dan
adaptasi, barulah ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah
nama khas Indonesia yang diberikan oleh
Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia ikan nila telah
dibudidayakan di seluruh propinsi.
3. JENIS
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai
berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal,
yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein
hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
1. Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat
menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
3. Ikan nila cocok dipelihara di
dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan
nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran akan
memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila
kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat
berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecokelatan karena banyak mengandung
Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru
kurang baik untuk pertumbuhan ikan.
Tingkat kecerahan air karena plankton harus
dikendalikan yang dapat diukur dengan
alat yang disebut piring secchi (secchi
disc). Untuk di kolam dan tambak, angka
kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5. Debit air untuk kolam air tenang
8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan
bersih, karena ikan nila tidak dapat
berkembang biak dengan baik di air
arus deras.
6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup
ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah
antara 7-8.
7. Suhu air yang optimal berkisar antara
25-30 derajat C.
8. Kadar garam air yang disukai antara
0-35 per mil.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu
disediakan dalam usaha budidaya ikan nila
tergantung dari sistim pemeliharaannya
(sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
Adapun jenis kolam yang umum
dipergunakan dalam budidaya ikan nila
antara lain:
1. Kolam pemeliharaan induk/kolam
pemijahan Kolam ini berfungsi
sebagai kolam pemijahan, kolam
sebaiknya berupa kolam tanah yang
luasnya 50-100 meter persegi dan
kepadatan kolam induk hanya 2
ekor/m 2 . Adapun syarat kolam
pemijahan adalah suhu air berkisar
antara 20-22 derajat C; kedalaman air
40-60 cm; dasar kolam
sebaiknya berpasir.
2. Kolam pemeliharaan benih/kolam
pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100
meter persegi. Kedalaman air
kolam antara 30-50 cm. Kepadatan
sebaiknya 5-50 ekor/meter
persegi. Lama pemeliharaan di dalam
kolam pendederan/ipukan
antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan
berukuran 3-5 cm.
3. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai
tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam
pendederan. Adakalanya
dalam pemeliharaan ini diperlukan
beberapa kolam pembesaran,
yaitu:
1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi
untuk memelihara benih
ikan selepas dari kolam pendederan.
Kolam ini sebaiknya
berjumlah antara
2-4 buah dengan luas maksimum 250-500
meter
persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini
tidak dianjurkan
memakai kolam semen, sebab
benih ukuran ini memerlukan ruang yang
luas. Setelah benih
menjadi gelondongan kecil maka benih
memasuki pembesaran
tahap kedua
atau langsung dijual kepada pera
petani.
2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi
untuk memelihara benih
gelondongan besar. Kolam dapat berupa
kolam tanah atau
sawah.
Keramba apung juga dapat digunakan
dengan mata jaring
1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran
pembesaran tahap II
sebaiknya tidak lebih dari 10
ekor/meter persegi.
3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk
membesarkan benih.
Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm
dengan luas 500-
2.000 meter persegi.
4. Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula
dilakukan di jaring apung, berupa
Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m
dengan kedalaman 75-100
cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan
dengan kedalaman kolam. Selain
itu sawah yang sedang diberokan dapat
dipergunakan pula untuk
pemijahan dan pemeliharaan benih ikan
nila. Sebelum digunakan
petak sawah diperdalam dahulu agar
dapat menampung air sedalam
50-60 cm, dibuat parit selebar 1 - 1,5
m dengan kedalaman 60-75 cm.
2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam
usaha pembenihan ikan nila diantaranya
adalah: jala, waring (anco), hapa
(kotak dari jaring/kelambu untuk
menampung sementara induk maupun
benih), seser, ember-ember, baskom
berbagai ukuran, timbangan skala kecil
(gram) dan besar (kg), cangkul, arit,
pisau serta piring secchi (secchi disc)
untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan
untuk memanen/menangkap ikan
nila antara lain adalah warring/scoopnet
yang halus, ayakan panglembangan
diameter 100 cm, ayakan penandean
diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan,
keramba kemplung, keramba kupyak, fish
bus (untuk mengangkut ikan jarak
dekat), kekaban (untuk tempat
penempelan telur yang bersifat melekat), hapa
dari kain tricote (untuk penetasan
telur secara terkontrol) atau kadang-kadang
untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu,
oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran
10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk
menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang
berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya
lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan
atau ikan konsumsi).
3. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah
melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai
pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam
menyiapkan media pemeliharaan ini, yang
perlu dilakukan adalah pengeringan
kolam selama beberapa hari, lalu
dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar
sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan,
yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi,
bisa juga ditambahkan pupuk
buatan yang berupa urea dan TSP
masing-masing dengan dosis 15 gram dan
10 gram/meter persegi.
2. Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul
adalah sebagai berikut:
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah
yang besar dengan kwalitas
yang tinggi.
2. Pertumbuhannya sangat cepat.
3. Sangat responsif terhadap makanan
buatan yang diberikan.
4. Resisten terhadap serangan hama,
parasit dan penyakit.
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada
lingkungan perairan yang relatif
buruk.
6. Ukuran induk yang baik untuk
dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per
ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk
jantan dan induk betina
adalah sebagai berikut:
1. Betina
1. Terdapat 3 buah lubang pada
urogenetial yaitu: dubur,
lubang pengeluaran telur dan lubang
urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan
pucat tidak
jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak
mengeluarkan cairan.
2. Jantan
1. Pada alat urogenetial terdapat 2
buah lubang yaitu:
anus dan lubang sperma merangkap lubang
urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan
terang dan
jelas.
3. Warna perut lebih
gelap/kehitam-hitaman.
4. Warna dagu kehitam-hitaman dan
kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping mengeluarkan
cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan
bertelur
secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam
meningkat.
Disamping itu, ikan nila yang sedang
beranak lambat
pertumbuhan sehingga diperlukan waktu
yang lebih
lama agar dicapai ukuran untuk
dikonsumsi yang
diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan
ikan nila di
atas, maka dikembang metode kultur
tunggal kelamin
(monoseks). Dalam metode ini benih
jantan saja yang
dipelihara karena ikan nila jantan yang
tumbuh lebih
cepat dan ikan nila betina. Ada empat
cara untuk
memproduksi benih ikan nila jantan
yaitu:
1. Secara manual (dipilih)
2. Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
3. Merangsang perubahan seks dengan
hormon
4. Teknik penggunaan hormon seks jantan
ada
dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
2. Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang
dilakukan adalah :
1. Memelihara dan memijahkan induk ikan
untuk menghasilkan burayak
(anak ikan).
2. Memelihara burayak (mendeder) untuk
menghasilkan benih ikan yang
lebih besar. Usaha pembenihan biasanya
menghasilkan benih yang
berbeda-beda ukurannya. Hal ini
berkaitan dengan lamanya
pemeliharaan benih. Benih ikan nila
yang baru lepas dan mulut
induknya disebut "benih
kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu
setelah menetas disebut benih kecil,
yang disebut juga putihan (Jawa
Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya
benih kecil dipelihara di kolam
lain atau di sawah. Setelah dipelihara
selama 3-1 minggu akan
dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan
berat 8-10 gram/ekor. Benih
ini disebut gelondongan kecil. Benih
nila merah. Berumur 2-3 minggu,
ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara
di tempat lain lagi
selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini
panjang benih telah mencapai 10-
12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih
ini disebut gelondongan besar.
3. Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan
kolam harus dipersiapkan. Dasar
kolam dikeringkan, dijemur beberapa
hari, dibersihkan dari rerumputan dan
dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan
pintu air diperbaiki jangan sampai
teriadi kebocoran. Saluran air
diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang
saringan pada pintu pemasukan maupun
pengeluaran air. Tanah dasar dikapur
untuk memperbaiki pH tanah dan
memberantas hamanya. Untuk mi
dipergunakan kapur tohor sebanyak
100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas,
Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian
dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk
kandang ditabur dan diaduk dengan tanah
dasar kolam. Dapat juga pupuk
kandang dionggokkan di depan pintu air
pemasukan agar bila diairi dapat
tersebar merata. Dosis pupuk kandang
1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap,
kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm
dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi
mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu
tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-
100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari
induk ikan.
1. Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik,
anorganik (Urea dan TSP),
serta kapur. Cara pemupukan dan dosis
yang diterapkan sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh
dinas perikanan daerah
setempat, sesuai dengan tingkat
kesuburan di tiap daerah. Beberapa
hari sebelum penebaran benih ikan,
kolam harus dipersiapkan dahulu.
Pematang dan pintu air kolam
diperbaiki, kemudian dasar kolam
dicangkul dan diratakan. Setelah itu,
dasar kolam ditaburi kapur
sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran
berfungsi untuk menaikkan nilai
pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat
mencegah serangan
penyakit. Selanjutnya kolam diberi
pupuk organik sebanyak 300-1.000
kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga
diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea
dan TSP diberikan dengan dicampur
terlebih dahulu dan ditebarkan
merata di dasar kolam. Selesai
pemupukan kalam diairi sedalam 10
cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi
reaksi antara berbagai macam
pupuk dan kapur dengan tanah. Han
kelima air kolam ditambah
sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah
sehari semalam, air kolam
tersebut ditebari benih ikan. Pada saat
itu fitoplankton mulai tumbuh
yang ditandai dengan perubahan warna
air kolam menjadi kuning
kehijauan. Di dasar kolam juga mulai
banyak terdapat organisme renik
yang berupa kutu air, jentik-jentik
serangga, cacing, anak-anak siput
dan sebagainya. Selama pemeliharaan
ikan, air kolam diatur sedalam
75- 100 cm. Pemupukan susulan harus
dilakukan 2 minggu sekali,
yaitu pada saat makanan alami sudah
mulai habis. Pupuk susulan ini
menggunakan pupuk organik sebanyak 500
kglha. Pupuk itu dibagi
menjadi empat dan masing-masing
dimasukkan ke dalam keranjang
bambu. Kemudian keranjang diletakkan di
dasar kolam, dua bush di
kin dan dua buah di sisi kanan aliran
air masuk. Sedangkan yang dua
keranjang lagi diletakkan di
sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-
masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di
dalam kantong plastik yang
diberi lubang-lubang kecil agar pupuk
sedikit demi sedikit. Kantong
pupuk tersebut digantungkan sebatang
bambu yang dipancangkan di
dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi
tidak sampai ke dasar kolam.
Selain pukan ulang. ikan nila juga
harus tetap diberi dedak dan katul.
pemupukan di atas dapat dilakukan untuk
kolam air tawar, payau atau
sawah yang diberakan.
2. Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang
tumbuhnya fitoplankton,
zooplankton, maupun binatang yang hidup
di dasar, seperti cacing,
siput, jentik-jentik nyamuk dan
chironomus (cuk). Semua itu dapat
menjadi makanan ikan nila. Namun, induk
ikan nila juga masih perlu
pakan tambahan berupa pelet yang
mengandung protein 30-40%
dengan kandungan lemak tidak lebih dan
3%. Pembentukan telur pada
ikan memerlukan bahan protein yang
cukup di dalam pakannya. Perlu
pula ditambahkan vitamin E dan C yang
berasal dan taoge dan daun-
daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh
juga diberi makan tumbuhan air
seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya
pelet sebagai pakan induk
kira-kira 3% berat biomassa per han.
Agar diketahui berat bio massa
maka diambil sampel 10 ekor ikan,
ditimbang, dan dirata-ratakan
beratnya. Berat rata-rata yang
diperoleh dikalikan dengan jumlah
seluruh ikan di dalam kolam. Misal,
berat rata-rata ikan 220 gram,
jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa
220 x 90 = 19.800 g.
Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram
= 594 gram. Ransum ini
diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan
yang banyak mengandung
lemak seperti bungkil kacang dan
bungkil kelapa tidak baik untuk
induk ikan. Apalagi kalau han tersebut
sudah berbau tengik. Dedak
halus dan bekatul boleh diberikan
sebagai pakan. Bahan pakan seperti
itu juga berfungsi untuk menambah
kesuburan kolam.
3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan
nila tergantung pada tempat
pemeliharaan dan input yang
tersedia.Target produksi harus
disesuaikan dengan permintaan pasar.
Biasanya konsumen
menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang
berbeda-beda. Intensitas
usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu
1. Sistem ekstenslf (teknologi
sederhana)
▪ Sistem ekstensif merupakan sistem
pemeliharaan ikan
yang belum berkembang. Input
produksinya sangat
sederhana. Biasanya dilakukan di kolam
air tawar.
Dapat pula dilakukan di sawah.
Pengairan tergantung
kepada musim hujan. Kolam yang
digunakan biasanya
kolam pekarangan yang sempit. Hasil
ikannya hanya
untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem
pemeliharaannya secara polikultur.
Sistem ini telah
dipopulerkan di wilayah desa miskin.
▪ Pemupukan tidak diterapkan secara
khusus. Ikan
diberi pakan berupa bahan makanan yang
terbuang,
seperti sisa-sisa dapur limbah
pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
▪ Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan
yang sudah
agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu.
Hasil
pemeliharaan sistem ekstensif sebenar
cukup
lumayan, karena pemanenannya bertahap.
Untuk
kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan
benih ikan
nila sebanyak 20 ruang berukuran 30
ekor. Setelah 2
bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3
bulan kemudian
beranak, demikian seterus. Total
produksi sistem ini
dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln.
Penggantian
air kolam menggunakan air sumur.
Penggantian
dilakukan seminggu sekali.
2. Sistem semi-Intensif (teknologi
madya)
▪ Pemeliharaan semi-intensif dapat
dilakukan di kolam,
di tambak, di sawah, dan di jaring
apung.
Pemeliharaan ini biasanya digunakan
untuk
pendederan. Dalam sistem ini sudah
dilakukan
pemupukan dan pemberian pakan tambahan
yang
teratur.
▪ Prasarana berupa saluran irigasi
cukup baik sehingga
kolam dapat berproduksi 2-3 kali per
tahun. Selain itu,
penggantian air juga dapat
dilakukan secara rutin. Pemeliharaan
ikan di sawah
hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan
karena
bersamaan dengan tanaman padi atau
sebagai
penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan
dan sawah
ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun
kalau benih
yang dipelihara sudah berupa benih
gelondongan
besar.
▪ Budi daya ikan nila secara
semi-intensif di kolam dapat
dilakukan secara monokultur maupun
secara
polikultur. Pada monokultur sebaiknya
dipakai sistem
tunggal kelamin. Hal mi karena nila
jantan lebih cepat
tumbuh dan ikan nila betina.
▪ Sistem semi-intensif juga dapat
dilakukan secara
terpadu (intergrated), artinya kolam
ikan dikelola
bersama dengan usaha tani lain maupun
dengan
industri rumah tangga. Misal usaha
ternak kambing,
itik dan sebagainya. Kandang dibuat di
atas kolam
agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk
kolam.
▪ Usaha tani kangkung, genjer dan
sayuran lainnya juga
dapat dipelihara bersama ikan nila.
Limbah sayuran
menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi
ikan.
Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam
ikan dapat
menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
▪ Usaha huler/penggilingan padi
mempunyai hasil
sampingan berupa dedak dan katul. Oleh
karena itu,
sebaiknya dibangun kolam ikan di
dekat penggilingan tersebut.
▪ Hasil penelitian Balai Penelitian
Perikanan sistem
integrated dapat menghasilkan ikan
sampai 5 ton atau
lebih per 1 ha/tahun.
3. Sistem intensif (teknologi maju)
▪ Sistem pemeliharaan intensif adalah
sistem
pemeliharaan ikan paling modern.
Produksi ikan tinggi
sampai sangat tinggi disesuaikan
dengankebutuhan
pasar.
▪ Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam
atau tambak
air payau dan pengairan yang baik.
Pergantian air
dapat dilakukan sesering mungkin sesuai
dengan
tingkat kepadatan ikan. Volume air yang
diganti setiap
hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
▪ Pada usaha intensif, benih ikan nita
yang dipelihara
harus tunggal dain jantan saja. Pakan
yang diberikan
juga harus bermutu.
▪ Ransum hariannya 3% dan berat
biomassa ikan per
hari. makanan sebaiknya berupa pelet
yang berkadar
protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian
pakan
sebaiknya dilakukan oleh teknisinya
sendiri dapat
diamati nafsu makan ikan-ikan itu.
Pakan yang
diberikan knya habis dalam waktu 5
menit. Jika pakan
tidak habis dalam waktu 5 menit berarti
ikan
mendapat gangguan. Gangguan itu berupa
serangan
penyakit, perubahan kualitas air, udara
panas, terlalu
sering diberi pakan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
1. Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena
sengatannya. Pengendalian: menuangkan
minyak tanah ke permukaan air 500
cc/100 meter persegi.
2. Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya
hingga robek. Pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik
menumpuk di sekitar kolam.
3. Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian:
sering membuang telur yang
mengapung; menagkap dan membuang
hidup-hidup.
4. Ular
Menyerang benih dan ikan kecil.
Pengendalian: lakukan penangkapan;
pemagaran kolam.
5. Lingsang
Memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6. Burung
Memakan benih yang berwarna menyala
seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu
agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang.
2. Penyakit
1. Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu berwarna
merah, berubah warna dan tubuh
berlendir.
Pengendalian:
1. direndam dalam larutan PK (kalium
permanganat) selama 30-60 menit
dengan dosis 2 gram/10 liter air,
pengobatan dilakukan berulang 3
hari kemudian.
2. direndam dalam Negovon (kalium
permanganat) selama 3 menit
dengan dosis 2-3,5 %.
2. Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang bengkak, Lembar
insang pucat/keputihan.
Pengendalian: sama dengan di atas.
3. Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak, sisik
berdiri, ikan tidak gesit.
Pengendalian: sama dengan di atas.
Secara umum hal-hal yang dilakukan
untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama
pada budidaya ikan nila:
1. Pengeringan dasar kolam secara
teratur setiap selesai panen.
2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar
bebas penyakit.
3. Hindari penebaran ikan secara
berlebihan melebihi kapasitas.
4. Sistem pemasukan air yang ideal
adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu
pemasukan air.
5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
6. Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati
dan benar.
7. Binatang seperti burung, siput, ikan
seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai
pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk
ke areal perkolaman.
8. PANEN
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan
dengan cara: panen total dan panen sebagian.
1. Panen total
Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal
10 cm. Petak pemanenan/petak
penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan
pintu pengeluaran (monnik), sehingga
memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat
keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus.
Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk
menghindari lukanya ikan.
2. Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa
pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih
dengan ukuran tertentu. Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan waring yang di
atasnya telah ditaburi umpan (dedak).
Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka
akibat jaring), sebelum dikembalikan ke
kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat
dengan larutan malachite green 0,5-1,0
ppm selama 1 jam.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan nila dapat
dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup
maupun ikan segar.
1. Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih
mahal harganya bila dijual dalam keadaan
hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar
ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup, segar dan sehat antara
lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang
bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada
pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat
pengangkutan tidak terlalu padat.
2. Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang
cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu
diperhatikan untuk mempertahankan
kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan
hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci
agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan
tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat
digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan
jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak
maksimum 50 kg dengan tinggi kotak
maksimum 50 cm.
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang
diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil
(es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak
dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini
setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi
dan seterusnya. Antara ikan dengan
dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
3. Sedangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai
berikut:
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat
yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak
cacat. Setelah itu, benih ikan baru
dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba
(sistem terbuka).
2. Air yang dipakai media pengangkutan
harus bersih, sehat, bebas hama dan
penyakit serta bahan organik lainya.
Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus
diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak
yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan
dapat dibuat dengan ukuran 1 m x
1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran
tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah
5000–6000 ekor dengan ukuran
3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan
harus disesuaikan dengan ukuran
benihnya.
4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman,
sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam
jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat
pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih
15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih
ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih
jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan
kantong plastik. Volume
media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5
liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara
pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik:
1. masukkan air bersih ke dalam kantong
plastik kemudian
benih;
2. hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke
permukaan air;
3. alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik
sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2);
4. kantong plastik lalu diikat.
5. kantong plastik dimasukkan ke dalam
dos dengan posisi
membujur atau ditidurkan. Dos yang
berukuran panjang 0,50
m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong
plastik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan setelah benih
sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut:
▪ Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm
dalam waskom (1
kapsul tertasiklin dalam 10 liter air
bersih).
▪ Buka kantong plastik, tambahkan air
bersih yang
berasal dari kolam setempat sedikit
demi sedikit agar
perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi
perlahan-lahan.
▪ Pindahkan benih ikan ke waskom yang
berisi larutan
tetrasiklin selama 1- 2 menit.
▪ Masukan benih ikan ke dalam bak
pemberokan. Dalam
bak pemberokan benih ikan diberi pakan
secukupnya.
Selain itu, dilakukan pengobatan dengan
tetrasiklin 25
ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat
juga digunakan obat lain seperti KMNO4
sebanyak 20
ppm atau formalin sebanyak 4% selama
3-5 menit.
▪ Setelah 1 minggu dikarantina, tebar
benih ikan di
kolam budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1. Analisa Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha budidaya ikan
nila selama 1 bulan pada tahun 1999 di daerah
Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Biaya produksi
1. Sewa kolam Rp. 120.000,-
2. Benih ikan nila 4000 ekor, @
Rp.200,- Rp. 800.000,-
3. Pakan
▪ Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-
4. Obat dan pupuk
▪ Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,-
Rp. 28.000,-
▪ Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp.
18.000,-
▪ Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp.
36.000,-
5. Peralatan Rp. 100.000,-
6. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7500,-
Rp. 225.000,-
7. Biaya tak terduga 10% Rp. 133.340,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.466.740,-
2. Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor
@ Rp.700,- Rp.2.380.000,-
3. Keuntungan Rp. 913.260,-
4. Parameter kelayakan usaha : B/C
ratio 1,62
2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di
Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau
alam dan buatan seluas hampir mendekati
13 juta ha merupakan potensi alam yang
sangat baik bagi pengembangan usaha
perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak
potensi pendukung lainnya yang
dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal
permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan
hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya
kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran
lokal akan ikan nila dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut,
namun dilihat dari jumlah hasil penjualan
secara rata-rata selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal
ikan nila mengalami kelesuan, maka akan
sangat berpengaruh terhadap harga jual
baik di tingkat petani maupun di
tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan
benih ikan nila boleh dikatakan hampir
tak ada masalah, prospeknya cukup baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar